Mengapa Harga Properti Terus Menerus Mengalami Kenaikan? Simak Analisanya Yuk!


Harga properti yang terus meningkat merupakan fenomena yang banyak dialami di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Bagi calon pembeli rumah atau investor properti, kenaikan harga ini dapat menjadi tantangan besar. 


Namun, memahami faktor-faktor yang mendorong kenaikan harga properti bisa membantu kita dalam membuat keputusan yang lebih cerdas dalam berinvestasi atau membeli rumah. Artikel ini akan mengulas beberapa alasan utama mengapa harga properti terus naik.

Mengapa Harga Properti Naik Terus?

1. Permintaan yang Tinggi
Salah satu alasan utama kenaikan harga properti adalah tingginya permintaan. Seiring dengan pertumbuhan populasi dan urbanisasi, semakin banyak orang yang membutuhkan tempat tinggal. Kota-kota besar dan pusat bisnis sering mengalami lonjakan permintaan yang signifikan, menyebabkan harga properti di area tersebut melonjak.

2. Keterbatasan Lahan
Lahan yang tersedia untuk pembangunan perumahan dan properti komersial semakin terbatas, terutama di kawasan perkotaan. Keterbatasan ini menyebabkan harga tanah meningkat, yang pada gilirannya mendorong harga properti menjadi lebih tinggi. Semakin sedikit lahan yang tersedia, semakin mahal harga yang harus dibayar untuk memperoleh properti.

3. Biaya Konstruksi yang Meningkat
Kenaikan biaya bahan bangunan, tenaga kerja, dan peralatan konstruksi juga berkontribusi pada peningkatan harga properti. Inflasi dan fluktuasi harga bahan baku seperti semen, besi, dan kayu dapat menyebabkan biaya pembangunan properti menjadi lebih mahal. Peningkatan biaya ini biasanya akan dibebankan kepada pembeli dalam bentuk harga jual yang lebih tinggi.

4. Kebijakan Pemerintah dan Regulasi
Kebijakan pemerintah, seperti peraturan zonasi, pajak properti, dan kebijakan perumahan, dapat mempengaruhi harga properti. Misalnya, peraturan yang membatasi penggunaan lahan atau peningkatan pajak properti dapat meningkatkan biaya pengembangan dan pemeliharaan properti, yang pada akhirnya akan meningkatkan harga jual.

5. Suku Bunga dan Ketersediaan Kredit
Suku bunga yang rendah cenderung meningkatkan permintaan properti karena lebih banyak orang mampu mengambil kredit untuk membeli rumah. Namun, jika suku bunga naik, biaya pinjaman juga meningkat, yang dapat mengurangi daya beli konsumen. Fluktuasi suku bunga dan ketersediaan kredit memiliki dampak signifikan pada dinamika pasar properti.

6. Investasi dan Spekulasi
Properti sering dianggap sebagai investasi yang aman dan menguntungkan, yang mendorong banyak orang untuk membeli properti sebagai investasi. Spekulasi di pasar properti, di mana investor membeli properti dengan harapan menjualnya dengan harga lebih tinggi, juga dapat menyebabkan kenaikan harga yang cepat dan tidak selalu mencerminkan nilai sebenarnya dari properti tersebut.

7. Peningkatan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, transportasi publik, dan fasilitas umum dapat meningkatkan nilai properti di sekitarnya. Proyek-proyek infrastruktur besar cenderung menarik minat pembeli dan investor, yang dapat mendorong harga properti naik seiring dengan perbaikan aksesibilitas dan kenyamanan.


Terbatasnya lahan yang bisa dikembangkan atau diinvestasikan juga menjadi salah satu faktor utama mengapa harga properti melesat. Selain itu, tentu saja tren, prospek aksesibilitas, moda infrastruktur yang terus berkembang di kawasan tersebut menuju destinasi utama macam pusat bisnis atau central business district (CBD), bandara, pelabuhan, kawasan industri, pusat pendidikan, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan. Yang tidak kalah penting, terutama untuk Jakarta dan penyangga sekitarnya adalah bebas banjir, serta propertinya mudah diperjualbelikan dan disewakan.

Seluruh kriteria di atas berlaku untuk tanah dan bangunan. Kendati demikian, harga properti bisa saja turun, jika terjadi gap antara permintaan dan pasokan yang berlebihan. Atau pada saat ekonomi melemah di mana investor atau masyarakat cenderung menahan investasi dan situasi buying power terimbas karena rupiah dan perdagangan komoditas melemah.

Akan tetapi harga properti turun bukan berarti jatuh seperti harga saham yang bisa terjun bebas. Harga properti cenderung terkoreksi karena terlalu mahal alias over price yang waktu kenaikannya terlalu cepat. Secara prinsip utama, harga properti mirip dengan saham, memang harus terjadi penurunan atau koreksi sebelum naik lagi. Tidak mungkin naik terus. Dinamika inilah yang sebenarnya membuat investasi properti menarik. Mirip dengan dinamika harga saham, terutama blue chip.

Dengan mengetahui alasan-alasan di balik kenaikan harga properti, Anda dapat lebih siap dan informed dalam merencanakan pembelian atau investasi properti. Meskipun harga properti mungkin terus naik, dengan strategi yang tepat, Anda masih bisa menemukan peluang untuk memiliki rumah impian atau investasi yang menguntungkan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak